Sejarah/ Asal-Usul Batik Solo dan Perkembangannya

sejarah, asal usul batik solo dan perkembangannya versi wikipedia
Sejarah atau asal usul batik solo dan perkembangannya mempunyai cerita yang sangat panjang dan tidak lepas dari pengaruh Keraton.

Perkiraan pada 4 abad yang lalu, masa kerajaan Pajang, yaitu kerajaan kelanjutan dari dinasti Demak, pusat pemerintahannya dari Demak Bintoro dipindahkan menuju ke Pajang.

Dari sinilah awal mula perkembangan batik solo dimulai, tercatat ada tiga periode besar yang terjadi dan memberi pengaruh yang besar pada perkembangan batik solo hingga seperti sekarang ini.

Pengaruh Kerajaan Pajang
Sosok yang pertama kali memperkenalkan batik di desa Laweyan (pada masa itu termasuk wilayah kerajaan Pajang) adalah Kyai Ageng Henis yang merupakan putra dari Ki Ageng Selo yang telah bermukim di desa Laweyan sejak tahun 1546 M.

Desa Laweyan dahulu merupakan pusat perdagangan Lawe (bahan baku tenun). Proses distribusi barang di Pasar Lawe dilakukan melalui bandar Kabanaran yang tak jauh dari Pasar Lawe.
Pada masa itu, bandar di tepi sungai jumlahnya cukup banyak, salah satu bandar inilah yang menjadi penghubung desa Laweyan menuju Sungai Bengawan Solo. Melalui jalur perdagangan inilah, batik bisa terdistribusi dengan daerah-daerah pesisir lainnya.

Baca juga : Sejarah Batik Pekalongan

Pengaruh Keraton Surakarta
Keraton Surakarta diperkirakan berdiri pada tahun 1745, pengaruhnya turut mewarnai perkembangan Batik Surakarta.

Sebagai akibat dari perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Keraton Surakarta dan Ngayogyakarta pecah, peristiwa ini disinyalir sebagai awal dari perkembangan batik solo. Mengapa..? Karena semua busana kebesaran yang berada di Mataram dibawa ke Keraton Yogyakarta.

Atas dasar itulah, PB III mulai memberi perintah kepada para abdi dalem untuk membuat sendiri motif batik Gagrak Surakarta. Dari perintah tersebut masyarakat berlomba-lomba untuk membuat corak batik. Perintah ini berakibat pada banyaknya motif batik bermunculan dan berkembang di masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, PB III pun mengeluarkan peraturan tentang kain batik yang boleh dipakai di dalam keraton.

Dari perintah ini juga, diperkirakan ciri khas batik solo bermula. Karena motif pun sudah mulai diatur, ada motif yang diizinkan dipakai di lingkungan keraton begitu juga sebaliknya.

Beberapa batik yang boleh dipakai oleh patih dan para kerabat kerajaan antara lain batik sawat, batik parang, batik cemukiran yang ujungnya menyerupai paruh burung podang, bagun tulak, minyak teleng serta berwujud tumpal dan juga batik cemukiran yang berujung lung (daun tumbuhan yang menjalar di tanah), sementara untuk kawula (rakyat) tidak diperkenankan memakai batik tersebut.

Rancang batik yang diperuntukkan bagi keraton dikerjakan oleh abdi dalem yang kebanyakan tinggal diluar keraton. Dari lingkungan abdi dalem perancang batik ini kemudian terbentuk komunitas perajin batik diantaranya di Kratonan, Kusumodiningratan, Kauman maupun Pasar Kliwon. Sementara bahan yang digunakan untuk batik khusus keraton digunakan bahan dan pewarna dari daerah lokal misalnya soga Jawa.

Pengaruh Batik Solo pada Awal Abad ke-20
Pada awal abad XX, batik menjadi salah satu identitas perekonomian masyarakat Jawa. Era industrialisasi sudah terjadi pada masa ini sehingga terbentuk pula kelompok-kelompok pedagang. Salah satu organisasi yang terkenal adalah Sarekat Dagang Islam yang dipelopori oleh KH Samanhudi. Beliau memiliki jaringan dagang yang kuat hingga ke Kudus, Surabaya, Gresik, Tuban, Cirebon, Bogor hingga ke Batavia dan luar Jawa. Sementara, HOS Cokroaminoto merupakan salah satu tokoh dalam organisasi Sarekat Dagang Islam yang sekaligus menjadi salah satu distributornya.

Berdirinya SDI dilatarbelakangi persaingan dagang antara orang-orang Cina dan Belanda. Ditengah kekuasaan kolonial Belanda, hadirnya SDI merupakan perwakilan masyarakat pribumi Jawa Islam dalam menunjukkan eksistensinya. Sekaligus mempertahankan eksistensi batik yang menjadi salah satu pilar ekonomi masyarakat Jawa. Peran SDI ternyata tidak berhenti sampai disitu, SDI bahkan menjadi salah satu organisasi perintis kemerdekaan Indonesia.

Hingga sekarang Batik Laweyan Solo tetap ada. Para pengusaha Laweyan pernah mencapai kejayaan pada era 1970-an.

Demikian penjelasan mengenai sejarah atau asal usul batik solo dan perkembangannya, agak sulit menemukan artikel yang terkait sejarah batik solo, bahkan wikipedia pun tidak menyajikan informasi mengenai sejarah batik solo.

Sumber : Berbagai sumber
LihatTutupKomentar