Friday 22 September 2017
Pengarsipan dan pendataan batik di Indonesia menjadi lebih rapih dengan adanya museum batik Pekalongan Jawa Tengah. Sebagai seni budaya asli Indonesia, Batik kian hari kian mendapatkan tempat dihati masyarakat Indonesia dan negara lain setelah mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional beberapa waktu lalu, tepatnya melalui lembaga dunia UNESCO pada Jum'at 02/10/2009, hingga mendapat julukan Pekalongan World's City of Batik.
Batik Indonesia sebagai simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia sepanjang hidupnya, mulai dari bayi yang digendong sampai orang yang meninggal ditutup dengan kain batik.
Batik Pekalongan
Batik Pekalongan adalah batik yang berasal dari kota Pekalongan. Sebuah kota kecil dipesisir pantai utara Jawa Tengah, sudah memulai pembuatan batik semenjak nenek moyang dahulu.Tidak ada literatur yang memberikan informasi pasti sejak kapan industri batik pekalongan dimulai, hanya perkiraan saja. Batik pekalongan asli mempunyai ciri khas yaitu warna yang terang, sementara dari sisi motif, batik pekalongan mempunyai beberapa motif seperti motif bunga, motif flora dan motif jlamprang.
Motif batik pekalongan mendapat pengaruh oleh budaya asing pada jaman dahulu saat awal-awal masa perkembangannya. Baik itu motif bunga, motif flora, motif liong, motif jlamprang dan motif kombinasi lainnya. Batik pekalongan didominasi oleh motif jlamprang, motif simetris dari bentuk kotak, bulat dan lain-lainnya. Bukan tanpa alasan, masyarakat Pekalongan yang mayoritas muslim menganut kepercayaannya, tidak diperbolehkan menggambar makhluk yang bernyawa. Itulah mengapa motif batik bunga dan jlamprang lebih banyak dijumpai pada batik pekalongan.
Hampir seluruh daerah di kota Pekalongan masyarakatnya memproduksi batik, karena sistem produksi batik saat ini sudah sedikit mengalami perubahan. Produsen batik pekalongan dahulu memproses sendiri seluruh proses yang dilakukan dalam pembuatan batik, seiring perkembangan dan sebagai upaya mengurangi biaya produksi sekaligus membuka lapangan pekerjaan, proses mengecap/ menyablon/ printing dilimpahkan pada orang lain yang khusus mengerjakan proses tersebut. Istilah untuk sistem ini disebut babar.
Karena pengaruh sistem babar ini, maka hampir seluruh daerah di kota Pekalongan masyarakatnya memproduksi batik rumahan. Sehingga apabila ada pertanyaan dimana pusat batik pekalongan, agak susah untuk menjawabnya. Hanya saja, beberapa alamat pengrajin batik Pekalongan berada di wilayah Wiradesa, Buaran, Kedungwuni menjadi daerah yang masyarakatnya lebih banyak berkecimpung dalam proses pembuatan batik.
Bagi masyarakat Pekalongan yang tidak berkecimpung dalam produksi batik secara langsung dan mencari rejekinya merantau ke kota lain. Mereka membawa batik sebagai bahan mereka mendapatkan tambahan rejeki, mereka menjual di kota-kota lain tempat mereka berdomisili. Dengan pola inilah lambat laun batik pekalongan jawa tengah menjadi terkenal.
Sementara menurut cerita mitos, penjaga gaib pantai utara Pekalongan yaitu Dewi Lanjar (begitu masyarakat Pekalongan menyebutnya, yang memiliki nama asli Putri Rantan Sari) atau sering disebut dengan Bu Kaji turut mengenalkan batik pekalongan dengan cara menampakkan diri sebagai gadis cantik di kota-kota tertentu bahkan diluar negeri dengan memakai kain batik pekalongan.
Orang-orang yang tertarik melihat batik yang dipakai Bu Kaji pun penasaran dan bertanya asal batiknya, dan dijawab dari Pekalongan. Suatu saat pernah ada kejadian, ada seseorang yang benar-benar mencari kain batik seperti yang dilihatnya. Dengan berbekal label merk batik yang dilihatnya, dia membawanya ke Pekalongan, namun setelah bertanya kesana-kemari bahkan sampai ke toko batik di Pekalongan yang terkenal sekalipun tidak ada satu orang yang tahu bahkan mendengar merk batik tersebut. Karena menurut kabar, Bu Kaji juga memproduksi batik sendiri dengan merk sendiri. Dari cerita mitos inilah kabarnya juga membantu batik pekalongan Jawa Tengah menjadi salah satu batik yang terkenal dan cukup banyak dicari oleh konsumen.